10 Lokasi Wisata Favorit Di Kabupaten Cianjur

20 Lokasi Wisata Favorit Di Kabupaten Cianjur

Cianjur adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta di utara , Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut di timur, Samudra Hindia di selatan, dan di barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi.

20 Tempat Wisata di Cianjur, Jawa Barat

Selain beberapa hal yang di kenal dari Kabupaten ini, seperti Tauco atau Ayam Pelung, Cianjur juga memiliki beberapa objek wisata yang banyak di kenal hingga ke Mancanegara, seperti Gunung Padang yang sampai kini masih menjadi sebuah Misteri. Selain Gunung Padang, Cianjur masih memiliki beberapa tempat yang layak di jadikan sebagai tempat berlibur atau wisata. Berikut 20 tempat wisata di Cianjur:

1. Alun-alun Suryakencana
Alun-alun Suryakencana

Alun-alun Suryakencana adalah hamparan lahan yang berada di ketinggian Gunung Gede. Objek wisata ini masih berada dalam lingkungan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Memiliki lahan seluas 50 hektar pada di ketinggian 2.750 m di atas permukaan laut, biasanya Alun-alun Suryakencana dijadikan sebagai aktifitas pendakian dan perkemahan. Ditempat ini anda akan menemukan banyak bunga Edelweiss, namun jika Anda hendak ke tempat ini sebaiknya membawa perlengkapan yang memadai karena suhu di tempat ini akan membuat Anda kedinginan. Pada siang hari suhu "normal" berkisar 18 °C dan pada malam hari suhu berkisar 5 °C. Pendakian untuk mencapai tempat tersebut bisa memakan waktu 4 hingga 7 jam.

2. Curug "air terjun" Cibeureum
Curug "air terjun" Cibeureum

Curug atau air terjun Cibeureum adalah sebuah objek wisata alam yang berada di Desa Cimacan, kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Seperti halnya Alun-alun Suryakencana, objek wisata yang berada pada ketinggian 1.675 m dari permukaan laut ini masih berada dalam lingkungan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Terdapat juga 2 Curug "air terjun" lainnya di sekitar Curug Cibeureum. Anda perlu mendaki sekitar 2,7 km untuk mencapai objek wisata tersebut, kurang lebih akan memakan waktu hingga satu jam.

3. Curug "air terjun" Ciismun
Curug "air terjun" Ciismun

Curug atau air terjun Ciismun adalah sebuah objek wisata alam yang berada di kawasan Kebun raya Cibodas, Cipanas. Air curug ini terjun dari sudut pertemuan bukit Agropolitan dengan bukit Cibodas dan berada di ketinggian 1.275 m dari permukaan laut. Air terjun yang memiliki ketinggian air terjun sekitar 30 metar ini banyak dikunjungi wisatawan lokal yang hanya memiliki sedikit waktu untuk berekreasi, meskipun tidak ada pendakian, namun anda tetap harus berjalan kaki sekitar 2 km untuk mencapai tempat ini.

4. Curug "air terjun" Citambur
Curug "air terjun" Citambur

Curug atau air terjun Citambur adalah sebuah curug yang berlokasi di Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Ketinggian dari curug ini berkisar 130 meter, sementara lokasi berada pada ketinggian sekitar 1.400 m di atas permukaan laut. Curug ini memiliki histori sejarah yang sangat kuat, sehingga banyak cerita-cerita yang di percaya masyarakat sekitar yang berhubungan dengan Curug Citambur ini. Panorama alam yang luar biasa di objek wisata tersebut harus Anda bayar dengan perjalanan yang melelahkan.

5. Danau Leuwi Soro
Danau Leuwi Soro

Danau Leuwi Soro adalah sebuah danau kecil atau leuwi yang berada di selatan Kabupaten Cianjur. Dari pusat kota Cianjur menuju ke lokasi wisata ini berjarak sekitar 65 km. Memiliki jarak yang begitu jauh dari pusat kota, objek wisata yang berada di Kecamatan Pagelaran ini akan memberikan suasana tersendiri bagi Anda yang telah merasa sumpek atau jenuh dengan aktifitas Perkotaan.

6. Gunung Gede
Gunung Gede Jawa Barat

Gunung Gede adalah sebuah gunung yang berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Memiliki ketinggian sekitar 2.000 - 3.000 m diatas permukaan laut, gunung ini berada di wilayah tiga Kabupaten yaitu, Kabupaten Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Gunung yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977 ini kaya akan berbagai jenis burung, tercatat dihuni oleh 251 jenis dari 450 jenis burung yang terdapat di Pulau Jawa. Selain menyimpan banyak cerita sejarah dan mistis, Gunung Gede memiliki banyak tempat yang menjadi objek wisata pavorit.

7. Gunung Padang
Situs Megalitikum Gunung Padang

Gunung Padang adalah sebuah situs prasejarah peninggalan kebudayaan megalitikum yang memiliki luas sekitar 3 ha. Para peneliti baik dalam negeri maupun luar negeri menemukan bahwa Gunung yang berbentuk piramida ini telah berusia sekitar 4.700-10.900 tahun sebelum Masehi, lebih tua dari piramida Giza di Mesir, yang hanya berusia 2.500 sebelum Masehi. Namun masih banyak teka-teki dan misteri yang masih belum terjawab seputar piramida yang sering menjadi pusat bunyi-bunyian misterius dikala malam hari ini. Anda akan merasa takjub setelah melihat apa yang ada di objek wisata yang terletak di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur tersebut.

8. Gunung Pangrango
Gunung Pangrango

Gunung Pangrango adalah gunung tertinggi kedua di Jawa Barat. Gunung yang tepat bersebelahan dengan Gunung Gede ini memiliki ketinggian sekitar 3.000 m diatas permukaan laut dan sama halnya dengan Gunung Gede, Gunung Pangrango masih berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango. Puncak dari Gunung Pangrango dinamakan Puncak Mandalawangi, dimana puncak tersebut merupakan pertemuan batas tiga kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.

9. Gunung Kasur
Situs Megalitikum Gunung Kasur

Gunung Kasur adalah sebuah objek wisata yang berlokasi di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yang memiliki ketinggian sekitar 1000 m diatas permukaan laut. Seperti halnya Gunung Padang situs Megalitikum ini menyerupai bentuk piramida. Pada ketinggian gunung tersebut Anda akan merasakan sensasi pemandangan alam yang sangat luar biasa. Hamparan alam dan udaranya menjadikan tempat ini sebagai objek wisata alam yang patut Anda kunjungi.

10. Istana Presiden Cipanas
Istana Presiden Cipanas

Istana Presiden Cipanas adalah sebuah istana Kepresidenan yang terletak dikaki Gunung Gede Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Pada awalnya Istana tersebut merupakan milik dari seorang tuan tanah Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Namun sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Setelah Kemerdekaan gedung ini ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden atau Wakil Presiden beserta keluarga.

SELANJUTNYA >>

Gunung Padang Cianjur Peninggalan Kebudayaan Megalitikum

Gunung Padang adalah situs prasejarah peninggalan dari kebudayaan Megalitikum. Berada tepat di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa barat, Lokasi yang kini dijadikan sebagai objek wisata ini berjarak sekitar 30km dari pusat kota Kabupaten Cianjur ke arah selatan.

Gunung Padang Cianjur Peninggalan Kebudayaan Megalitikum

Dengan luas kompleks utama sekitar 900 m², serta memiliki luas areal situs ini sekitar 3 ha, dan berada pada ketinggian 885 m dpl, menjadikannya situs gunung padang sebagai kompleks punden berundak terbesar se Asia Tenggara. Lokasi yang diperkirakan menjadi tempat pemujaan pada sekitar 2000 tahun SM ini dikelilingi oleh bukit-bukit dan lembah-lembah curam dimana area situsnya berbentuk memanjang dengan permukaan yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi.

Tempat yang dianggap sebagai tempat Prabu Siliwangi bertapa ini telah di kramatkan dan dianggap angker oleh masyarakat sekitar. Berbagai cerita turuntemurun maupun kesaksian langsung banyak terjadi hal-hal aneh diluar logika atau mistis yang kerap terjadi disekitar lokasi situs ini, seperti sering terdengarnya suara-suara yang memiliki nada dimalam-malam tertentu oleh penduduk setempat. Menurut penuturan salah seorang penduduk didesa sekitar lokasi tersebut, suara-suara tersebut menyerupai suara gamelan yaitu alat musik khas sunda.

Selain Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan penelitian internasional terkemuka seperti laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika serikat telah melakukan penelitian mendalam terkait keberadaan situs yang dikaji pertamakalinya oleh Puslit Arkenas pada tahun 1979. Hasil penelitian yang dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami menyatakan bahwa usia dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 berumur sekitar 14500–23000 Sebelum Masehi. Hasil tersebut dapat dikatakan sebuah penemuan yang mengejutkan dan sulit untuk dipahami apabila disandarkan dengan Peradaban Jawa pada angka usia situs tersebut. Dan apabila bandingkan dengan piramida Giza yang sangat terkenal di Mesir, situs "piramida" Gunung Padang yang berusia sekitar 14500-23000SM jauh lebih tua dari Piramida bersejarah di Mesir yang hanya berusia sekitar 2.500SM.

Sejarah Mesjid Agung Cianjur

Dibalik Perjalanan Panjang Mesjid Agung Cianjur

Mesjid Agung Cianjur adalah sebuah mesjid yang berlokasi di Jl. Siti Jenab, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sejak pertama kali dibangun pada jaman pendudukan Belanda, Mesjid Agung Cianjur sudah mengalami 7 kali renovasi dan perluasan. Terahir kali pada tanggal 2 Agustus 1993 hingga tanggal 1 Januari 1998, dilakukan renovasi total yang menelan anggaran sekitar Rp 7,5 M. Renovasi besar-besaran tersebut dilakukan pada priode kepemimpinan Bupati Drs. H. Eddi Soekardi dan berakhir di masa kepemimpinan Bupati Drs. H. Harkat Handiamihardja. Kini, Mesjid Agung Cianjur telah memiliki luas bangunan sekitar 2.500 m2 dan di perkirakan bisa menampung kurang lebih 4000 jemaah, gaya arsitektur timur modern pun telah menjadi wajah dari Mesjid yang memiliki perjalanan panjang ini.

Tiga pintu utama yang berada di Mesjid Agung Cianjur diberi nama, antara lain:
  1. Babul Marhamah, pintu timur yang menghadap Jl. K. H. Tajudin (area parkir) dan Alun-alun Cianjur.
  2. Babussalam, pintu selatan yang menghadap ke Jl. Mesjid Agung
  3. Babussakinah, pintu utara yang menghadap ke Jl. Siti Jenab
Pembangunan:

Mesjid Agung Cianjur dibangun pada tahun 1810 oleh seorang warga Cianjur, namun tidak diketahui saat ini (tidak ada catatan) siapa seseorang tersebut. Namun pembangunan tersebur didukung oleh Raden boededar dengan mewakafkan tanah miliknya untuk pembangunan Mesjid tersebut, Raden boededar merupakan anak dari Kangjeng Dalem Sabirudin. Kangjeng Dalem Sabirudin adalah Bupati Cianjur ke-4 (priode 1727 - 1761) yang bergelar Raden Aria Wira Tanu IV.

Renovasi Pertama:

10 tahun setelah pembangunan, untuk pertama kalinya Mesjid Agung Cianjur di renovasi dan dikerjakan langsung oleh Raden Muhammad Hoesin Bin Syekh Abdullah Rifai, Penghulu Agung pertama dan Raden Mojanagara, Cucu Bupati Cianjur ke-4 (Raden Aria Wira Tanu IV). Hasil renovasi tersebut membuat bangunan Mesjid lebih besar dari sebelumnya, yaitu menjadi sekitar 400 m2.

Renovasi pasca meletusnya Gunung Gede:

Renovasi pasca meletusnya Gunung Gede:

Akibat dari meletusnya Gunung Gede pada tahun 1879, Mesjid Agung Cianjur mengalami kerusakan yang sangat hebat. Renovasi dilakukan setahun kemudian (tahun 1880) oleh Penghulu Agung saat itu RH. Soelaeman, dan seorang ulama yang bernama RH. Ma’mun bin RH. Hoessein. Renovasi yang juga dibantu oleh masyarakat tersebut membuat bangunan Mesjid Agung Cianjur bertambah luas, yaitu sekitar 400 m2.

Renovasi selanjutnya:

Renovasi ke-3 dilakukan pada tahun 1912 oleh RH Moch Said (Panghulu Agung Cianjur), Isa al-Cholid, RH Tolhah Bin RH Ein al-Cholid dan H Akiya Bin Darham. Renovasi ke-4 dilakukan pasca kemerdekaan, tepatnya tahun 1950, dengan anggaran sekitar Rp 500.000. Renovasi ke-5 dan ke-6 dilakukan dalam renggang waktu tahun 1951 - 1974. Seperti yang dituliskan di awal, renovasi Mesjid Agung Cianjur yang terakhir dilakukan pada tanggal 2 Agustus 1993 hingga tanggal 1 Januari 1998.

Dibalik Perjalanan Panjang Mesjid Agung Cianjur

Berikut Profil Mesjid Agung Cianjur:
Alamat Jl. Siti Jenab 14 Pamoyanan, Kec. Cianjur, Kab. Cianjur
ID 01.2.13.03.01.000004
Luas Tanah 30.000 m2
Status Tanah Wakaf (Raden Boededar)
Luas Bangunan 2.500 m2
Tahun Berdiri Tahun 1810
Jumlah Imam 20 Orang
Jumlah Khatib 50 Orang
Jumlah Muazin 10 Orang

Sejarah Kepemimpinan Kabupaten Cianjur


Raden Aria Wira Tanu I adalah seorang pendiri sekaligus Bupati pertama Kabupaten Cianjur (masa jabatan: 1677-1691). Raden Aria Wira Tanu yang bernama asli Jayasasana merupakan putra dari Raden Aria Wangsa Goparana yang merupakan anak dari Sunan Ciburang (Raja dari Kerajaan Talaga). Menurut silsilah, Raden Aria Wira Tanu atau Jayasasana merupakan keturunan Prabu Siliwangi generasi ke-8.

Ayah dari Raden Aria Wira Tanu (Raden Aria Wangsa Goparana) diusir dari Talaga ketika ia masuk Islam. Sempat berkelana, hingga kemudian Raden Aria Wangsa Goparana mendirikan sebuah desa dan menjadi Dalem (kepala) di Kampung Nangkabeurit, sekarang masuk ke wilayah Kecamatan Sagaraherang Kabupaten Subang. Anak-anak dari Raden Aria Wangsa Goparana, antara lain:
  1. Jayasasana (Raden Arya Wira Tanu)
  2. Wiradiwangsa
  3. Candramangala
  4. Santaan Kumbang
  5. Yudanagara
  6. Nawing Candradirana
  7. Santaan Yudanagara
  8. Nyi Murti

Awal mula berdirinya Cianjur,


Jayasasana atau Raden Aria Wira Tanu yang terkenal sebagai orang yang rajin beribadah dan menuntut ilmu, diberikan tanggungjawab oleh ayahnya "Dalem Sagaraherang" berupa 100 orang rakyat untuk mencari tempat baru, yang kemudian sampailah ke sungai Cikundul, saat ini berada di wilayah kecamatan Cikalong Kulon. Mereka bermukim dan membuka lahan baru disana.

Runtuhnya Pajajaran menyebabkan beberapa daerah merdeka dan menyebabkan beberapa kerajaan berusaha mengklaim wilayah-wilayah bekas Pajajaran. Tak terkecuali Kerajaan Sumedang Larang di bawah Prabu Geusan Ulun pun ingin mengklaim wilayah-wilayah bekas Pajajaran tersebut dengan "militer". Namun saat itu Kekuasaan Cirebon yang merupakan bawahan dari Kerajaan Mataram, mengangkat Jayasasana sebagai senapati atau panglima dengan gelar Wira Tanu, yang berarti Panglima atau Senapati.

Pada saat itu, beberapa kesatuan masyarakat bersepakat dan menyatakan bahwa wilayahnya bersatu menjadi satu negeri yang bernama Cianjur, serta mengangkat Jayasasana yang sudah bergelar Wira Tanu sebagai Dalem "Pemimpin" Cianjur. Karena sudah diangkat sebagai dalem, Wira Tanu kemudian menggunakan gelar Aria, sehingga nama lengkapnya menjadi Raden Aria Wira Tanu.

Sejarah Asal muasal Cianjur
Pendopo Cianjur sebelum Kemerdekaan

Cianjur pada awalnya adalah wilayah Mataram melalui Cirebon, namun pada tanggal 2 Juli 1677, Trunojoyo menyerbu istana Plered dan Amangkurat I kabur bersama Mas Rahmat. Kesempatan ini dijadikan titik tolak lepasnya wilayah-wilayah jajahan Mataram secara de facto, termasuk Cianjur.

Kemerdekaan dari Mataram hanya de facto, secara de jure, Cianjur berada di wilayah VOC berdasarkan kontrak tanggal 25 Februari 1677. Karena pada saat itu VOC belum mampu mengelola seluruh wilayah jajahannya sehingga Aria Wira Tanu yang pada saat itu menjadi Dalem secara Mandiri tanpa diangkat oleh VOC maupun oleh Raja/Sultan terkait, lantas yang tercatat dalam catatan VOC, Bupati Pertama Cianjur bukanlah Aria Wira Tanu I, adalah Dalem setelahnya yaitu Wira Tanu II, yang merupakan anak Aria Wira Tanu I.

Aria Wira Tanu I wafat pada tahun 1706, dan Ia meninggalkan putra-puteri sebanyak 11 orang, antara lain:
  1. Raden Aria Wiramangala, yang kemudian menjadi penerusnya sebagai Wira Tanu II
  2. Raden Aria Martayuda
  3. Raden Aria Tirta
  4. Raden Aria Natadimanggala, bergelar Dalem Aria Kidul
  5. Raden Aria Wiradimanggala, bergelar Dalem Cikondang
  6. Raden Aria Suradiwangsa
  7. Nyi Mas Kaluntar
  8. Nyi Mas Karangan
  9. Nyi Mas Bogem
  10. Nyi Mas Kara
  11. Nyi Mas Jenggot
Menurut legenda, Jayasasana atau Raden Aria Wira Tanu memiliki tiga orang anak hasil dari pernikahannya dengan Jin cantik, yaitu Suryakancana, Indang Kancana atau Indang Sukaesih dan Andaka Wirasujagat. Namun versi lain menyatakan bahwa wanita yang dimaksud bukanlah seorang Jin melainkan seorang wanita cantik yang berasal dari India. Karena orang-orang pada saat itu tidak terbiasa dengan "paras cantik" India, maka orang-orang beranggapan bahwa wanita tersebut adalah Jin.

Cianjuran Atau Mamos, Kesenian Dari Cianjur

Cianjuran Atau Mamos, Kesenian Dari Cianjur

Kesenian Cianjuran atau Mamos adalah tembang sunda yang hadir pada era sebelum 1900. Adalah sang Bupati Cianjur yang ke-9 yaitu R.A.A. Kusumahningrat yang menciptakan kesenian ini. Ketika di adakannya Musyawarah Tembang Sunda sa-Pasundan pada tahun 1962 di Bandung, kesenian yang menggunakan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab ini dikukuhkan sebagai salah satu kesenian khas sunda.

Awal mulanya R.A.A. Kusumahningrat yang menjabat sebagai bupati kabupaten Cianjur pada priode 1834 hingga 1862. Sang bupati juga dijuluki Dalem Pancaniti, terkait kebiasaannya membuat lagu dan memainkan musik yang dilakukannya di sebuah bangunan yang bernama Pancaniti.

Kesenian yang pada awal mulanya sebagai musik hiburan alat silaturahmi di antara kaum menak ini berasal dari berbagai seni suara sunda, seperti pantun, beluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh.

Dengan menggunakan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab, lagu-lagu Cianjuran melantunkan jenis tembang dengan menggunakan pola pupuh Kinanti, Asmarandana, Sinom dan Dangdanggula, namun ada di antaranya lagu dari pupuh lainnya.

3 Makanan Khas Daerah Cianjur

Terletak di wilayah tanah sunda, tentunya dalam hal Kuliner atau makanan masyarakat Cianjur sangat kental dengan cita rasa masakan sunda. Hampir semua masakan khas sunda dapat ditemukan seluruh wilayah Kabupaten Cianjur. Untuk makanan khas, Cianjur sangat lekat dengan 3 makanan berikut ini.

3 Makanan Khas Daerah Cianjur

Tauco adalah salah satu makanan khas dari Kabupaten Cianjur. Tauco pada umumnya dijadikan bumbu atau pelengkap masakan lainnya, namun olahan fermentasi kacang kedelai ini juga dapat santap langsung bersama dengan nasi. Meskipun dibeberapa daerah lainnya selain Cianjur juga terdapat tauco, namun dengan cara mengolah yang tidak sama, tauco Cianjur diakui memiliki cita rasa tersendiri.

Pembuatan tauco di Cianjur dan sekitarnya pada umumnya dengan menghaluskan biji kedelai yang telah direbus terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan tepung terigu dan rempah lainnya sebelum akhirnya di fermentasi dengan cara menjemurnya pada terik matahari selama sekitar beberapa minggu hingga tumbuh jamur atau telah mengeluarkan aroma tauco.

Hasil penelitian para ahli pada 100gr tauco didapat kandungan antara lain, energi sebesar 166 kilokalori, karbohidrat 24,1 gram, protein 10,4 gram, kalsium 55 miligram, lemak 4,9 gram, fosfor 365 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di dalam Tauco juga terkandung vitamin A sebanyak 23 IU, serta kandungan vitamin B1 sebesar 0,05 miligram.

Makanan khas daerah Cianjur lainnya adalah Geco. Gego merupakan nama yang dibuat dari singkatan 2 bahan utama dalam membuatnya, yaitu Toge dan Tauco. Hidangan yang memiliki sedikit kuah ini merupakan perpaduan antara toge, oncom, dan mie yang dimasak dan diberi bumbu tauco. Kenikmatan Geco ini terasa ketika dimakan dalam keadaan panas atau hangat.


Selain Tauco dan Geco, satu lagi yang dikenal sebagai makanan khas Cianjur yaitu Manisan buah. Terdapat banyak toko-toko disepanjang lintasan Jakarta Bandung di wilayah Kabupaten Cianjur yang menjual manisan dengan berbagai macam varian buah-buahan. Telah lamanya keberadaan toko-toko tersebut dan kerap dibeli oleh orang yang kebetulan melintasi jalur tersebut membuat manisan buah di jadikan sebagai makanan khas Cianjur.

Daftar Hotel & Penginapan di Cianjur


Aden HotelJl. Siti Jenab
Airy PanembongJl. Ir. H. Juanda
Berlian Resort CipanasJl. Sindanglaya Cimacan Km. 41
Bukit Indah Puncak HotelJl. Raya Ciloto 116
Bukit Raya Talita HotelJl. Raya Cipanas
Bumi Ciherang Hotel & VillaJl. Raya Ciherang KM. 78
Bydiel HotelJl. Ir. H. Juanda
Ciloto Indah Permai HotelJl. Raya Ciloto, Puncak
Hotel CianjurJl. Raya Cipanas
Kaoem Goest houseJl. Mesjid Agung
Lembah Hijau Mountain Resort HotelJl. Raya Puncak Ciloto
Lembah Pinus HotelJl. Raya Ciloto Puncak
Novus Giri Resort & SpaJl. Sindanglaya, Cipanas
Prima Cianjur HotelJl. Prof. Moh. Yamin
Puncak Pass ResortJl. Raya Puncak KM. 90
Sangga Buana Hotel & BungalowsJl. Raya Cipanas
Tangko Inn ResortJl. Kemang, Kampung Kemang
The Jhons Cianjur Aquatic ResortKp. Tangkil Cianjur
Titra Dahlia HotelJl. Arif Rahman Hakim
TW HotelJl. KH. Abdullah Bin Nuh
Wisma Intan Rumah Kost EksklusifJl. Salam Permai I
Yasmin Resort & Conference HotelJL. Jeprah Palasari